NEONATUS
RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAANNYA
1.
Bayi
Baru Lahir Rendah ( BBLR )
a.
Konsep
Dasar
Bayi
Berat Lahir Rendah ( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2.500 gram ( sampai dengan 2.499 gram ). Sejak tahun 1961 WHO
telah mengganti istilah prematur dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ). Hal
ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada
waktu lahir bayi prematur.
Berkaitan
dengan penanganan dan harapan hidupnya. Bayi berat lahir rendah dibedakan dalam
:
·
Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) Berat lahir
1.500-2.500 gram
·
Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah ( BBLSR ) Berat lahir < 1.500 gram
·
Bayi
Berat Lahir Ekstrem Rendah ( BBLER ) Berat lahir < 1.000 gram
b.
Klasifikasi
Bayi
Berat Lahir Rendah ( BBLR ) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.
Bayi
prematur Sesuai Masa Kehamilan ( SMK )
Terdapat
derajat prematuritas, menurut Usher di golongkan menjadi 3 kelompok Bayi sangat Prematur ( extremely premature )
: 24-30 minggu ; Bayi premature sedang ( moderately premature ) : 31-36 minggu
; Bonderline premature : 37-38 minggu.Bayi ini mempunyai sifat premature dan
mature.Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti
yang dialami bayiprematur misalnya gangguan pernafasan hiperbilirubinemia dan
daya isap yang lemah.
1.
Bayi
prematur kecil untuk Masa Kehamilan(KMK)
Banyak
istilah yang dipergunakan untuk menunjukan bahwa bayi KMK ini dapat menderita
gangguan pertumbuhan di dalam uterus ( intrauterine growth retardation =IUGR )
seperti pseudopremature ,small for dates ,fetal malnutrion syndrome, chronis
fetal distress, IUGR dan small for gestational oge ( SGA ).
Setiap bayi baru lahir (premature, matur dan postmature ) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
Setiap bayi baru lahir (premature, matur dan postmature ) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
Ada
dua bentuk IUGR menurut Renfield, ( 1975 ), yaitu:
a)
Proportinate
IUGR : janin menderita distress yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang
dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya
masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
b)
Disproportinate
IUGR : terjadi akibat distress sub akut . Gangguan terjadi beberapa minggu , beberapa
hari sebelum janin lahir. Masa keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal,
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-tanda sedikitnya
jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah dingkat, bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang.
C. Etiologi
1.
Faktor
ibu
Faktor
ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur:
·
Toksemia
gravidarum ( pre-eklampsia dan eklampsia )
·
Riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, pendarahan antepartum dan malnutrisi, anemia sel sabit
·
kelainan
bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks )
·
Tumor
(missal: mioma uteri ,eistoma); ibu yang menderita penyakit antara lain (1)
Akut dengan gejala panas tinggi (misal: tifus abdominalis dan malaria), kronis(misal
: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal ( glomerulonefritis akut )
·
trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
·
kebiasan
ibu (ketergantungan obat narkotik,rokok dan alcohol);
·
usia
ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun;
·
bekerja yang terlalu berat;
·
jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat;
·
perdarahaan
antepartum.
1.
Factor
janin
Beberapa
factor janin yang mempengaruhi kejadian premature antara lain: kehamilan ganda,
hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi(misal :
rubella,sifilis,toksoplamosis),insufensi plasenta,inkomplatibilitas darah ibu
dari janin(factor resus,golongan darah A,B dan O),insfeksi dalam rahim
2.
Factor
lain
Selain
factor ibu dan janin factor lain:factor plasenta:plasenta previa,solusio
plasenta factor lingkungan:radiasi atau zat-zat beracun;keadaan social ekonomi
yang rendah ;kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan dari merokok.
1.
Tanda
dan Gejala
Umur
kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, Berat badan sama dengan atau
kurang dari 2.500 gram Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm, rambut lunugo masih banyak, jaringan lemak subkutan
tipis atau kurang; tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya;
tumit mengkilap, telapak kaki halus; genetalia belum sempurna labia minora
belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol ( pada bayi perempuan ).
Testis belum turun ke dalam skorutom, pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang
( pada bayi laki-laki ) tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan
penggerakannya lemah, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah, jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
2.
Penatalaksanaan
Perawatan pada Bayi
Berat Lahir Rendah ( BBLR ) :
1.
Mempertahankan
suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
2.
Mencegah
infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
3.
Pengawasan
nutrisi/ASI refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat.4
4.
Penimbaangan
ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan berat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.5
5.
Kain
yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan
suhu tetap hangat.6
6.
Kepala
bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu7
7.
Tali
pusat dalam keadaan bersih8
8.
Beri
minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
2.
Asfiksia
Neonatorium
a.
Konsep
Dasar
Asfiksia Neonatorium adalah keadaan dimana
bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang
tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
b.
Etiologi
Beberapa
factor yang dapat menimbulkan gawat janin ( Asfiksia )
1
Gangguan
sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya gangguan aliran pada tali pusat
seperti : lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat,
ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu, pengaruh obat, karena naarkoba saat.
2
Factor ibu, misalnya gangguan his : tetania
uteri hipertoni, turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada
plasenta previa dan solusio plasenta
persalinan.Vaso
kontriksi arterial : hipertensi pada kehamilan dan gestosis
preeclampsia-eklampsia ; gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio plasenta.
3.
Diagnosis
Asfiksia yang terjadi
pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis aniksia/hipoksia janin dapat
dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal
yang perlu mendapat perhatian yaitu 1. Denyut jantung janin : frekuensi normal
ialah antara 120 dan 160 denyutan semenit.
Apabila frekuensi denyutan turun sampai dibawah 100 permenit di luar his dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya
2.Mekonium dalam air
ketuban : adanya mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan
oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga
peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya kekonium dalam air
ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.Pemeriksaan PH darah
janin : adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu turun sampai
dibawah 7,2 hal itu di anggap sebagai tanda bahaya.
4.
Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
Bersihkan
jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir,
bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas yang lebih dalam.
Rangsangan
reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles,
mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan khusus/ asuhan
yang diberikan oleh bidan
Pada
kasus Asfiksia berat : berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui
pipa endotrakeal. Dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya
dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan
tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan
sternum 80-100 x/menit.
Asfiksia
sedang/ringan : pasang relkiek pernafasan ( hisap lendir, rangsang nyeri )
selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok ( frog breathing ) 1-2
menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter
dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah
secara teratur 20x/mnt.
3.
Pemeriksaan
Diagnostik
Untuk menentukan
diagnosis bayi yang mengalami asfiksia antara lain : pemeriksaan darah kadar As
: laktat. Kadar bilirubin, kadar PaO2, PH. Pemeriksaan fungsi paru,pemeriksaan
fungsi kardiovasculer,gambaran patologi.
3. Sindrom Gangguan
Pernapasan
a. Konsep Dasar
Respiratory
Distress Syndrome didapatkan sekitar 5-10% kurang bulan, 50% pada bayi dengan
berat 501-1500 gram. Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat
badan.
Surfaktan
adalah suatu senyawa bahan kimia yang mempunyai sifat permukaan aktif.
Surfaktan dapat diberikan sebagai profilaksis dan terapi. Sebagai profilaksis
diberikan pada bayi premature kurang dari 30 minggu dengan berat badan kurang
dari 1250 gram yang diberikan segera setelah lahir.Sebagai terapi diberikan
untuk bayi dengan Respiratory Distress Syndrome (Respirasi Dystress syndroma).
Respiratory
Distress Syndrome disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),merupakan gawat
napas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
Manifestasi
dari Respirasi Dystress Syndroma disebabkan adanya atelektasis alveoli
,edema,dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke
dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
b. Patofisiologi
Faktor-faktor
yang memudahkan terjadinya Respirasi Dystress Syndroma pada bayi premature
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang,pengembangan
kurang sempurna karena dinding throax masih lemah,produksi surfaktan kurang
sempurna.
Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi
kaku.Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal,pernapasan menjadi
berat,shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat,hipoventilasi
yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Gambaran
radiologi tampak adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air
bronchogram.
Gejala
klinis yang progresif dari Respirasi Dystress Syndroma adalah: Takipnea diatas
60x/menit,grunting ekspiratoar,Subcostal dan interkostal
retraksi,cyanosis,Nasal flaring.
c. Komplikasi
Komplikasi
jangka pendek (akut) dapat terjadi :Ruptur
alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara
(pneumothorak,pneumomediastinum,pneumopericardium,emfisema intersisiel),Pada
bayi dengan Respirasi Dystress Syndroma yang tiba-tiba memburuk dengan gejala
klinis hipotensi,apnea,atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
Perdarahan
intracranial dan leukomalacia periventrikular:perdarahan intraventikuler
terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi
Respirasi Dystress Syndroma dengan Ventilasi mekanik.
Komplikasi
jangka panjang yang sering terjadi :
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakitb paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik,adanya infekis,inflamsi dan defisiensi vitamin.
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakitb paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik,adanya infekis,inflamsi dan defisiensi vitamin.
d. Dosis dan cara
pemberian surfaktan
Dosis
yang digunakan bervariasi antara 100mg/kg sampai 200mg/kg.Dengan dosis 100mg/kg
sudah dapat memberikan oksigenasi dan ventilasi yang baik,dan menurun angka
kematian neonates di bandingkan dosis kecil,tapi dosis yang lebih besar dari
100mg/kg tidak memberikan keuntungan tambahan.Saat ini dosis optimum surfaktan
yang digunakan adalah 100mg/kg.
Menurut
henry ,dkk 1996 pemberian surfaktan secara nebulasi mempunyai beberapa efek
samping pada jantung dan pernapasan tetapi kurang dari 15% dosis ini akan sampai
ke paru-paru.Berggren,dkk 2000 mengatakan bahwa pemberian secara nebulasi pada
neonates kurang bermanfaat.
Cosmi,dkk
1997 mengusulkan pemberian secara intra amnion akan tetapitehnik tersebut sulit
sulit karena harus memasukan catheter pada nares anterior fetus dengan bantuan
USG dan penggunaan aminophilline pada ibu hamil tidak dianjurkan.
Zola,
dkk 1993 menyatakan bahwa pemberian survanta 2 ml/kg sebanyak dua kali
menyebabkan reflux up endotracheal tube dibandingkan pemberian 1ml/kg sebanyak
empat kali tapi pemberiannya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Menurut valls-i-soler dkk,1997 pemberian surfaktan via lubang samping endotrachel tube tidak menurunkan kejadian bradikardi dan atau hipoksia,tapi menurut valls-i-Soller dkk,1998.
Menurut valls-i-soler dkk,1997 pemberian surfaktan via lubang samping endotrachel tube tidak menurunkan kejadian bradikardi dan atau hipoksia,tapi menurut valls-i-Soller dkk,1998.
4. Ikterus
a. Konsep dasar
Ikterus
adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan
bilirubin dalam tubuh atau akumulasi dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24
jam,yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar,sistem
biliary,atau sistem hematologi.ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan
bilirubin indirek (unconjugated).
b. Etiologi
Hiperbilirubinema
dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.Penyebab yang tersering ditemukan
disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD.Hemolisis ini
juga dapat timbul akibat perdarahan tertutup (hematom cefal,perdarahan
subaponeurotik) atau inkompabilitas darah Rh,infeksi juga memegang peranan
penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia;keadaan ini terutama terjadi pada
penderita sepsis dan gastroenteritis.
c. Patofisiologi
Bilirubin
merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh.Sebagian
besar hasil bilirubin berasal dari Dekredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi
berasal dari hembebas dari proses eritropoesis yang tidak efektif.Pembentukan
bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin
serta beberapa zat lain.Biliverdin ini lah yang mengalami reduksi dan menjadi
bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa.Zat ini sulit larut dalam air tetapi
larut dalam lemak,karena mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan
mudah melalui membrane biologic seperti plasenta dan sawar darah otak.
Sebagian
besar neonates mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan.Hal ini terjadi karena terdapatnya proses psiologic tertentu
pada neonatus.Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit
neonatus,masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari),dan belum
matangnya fungsi hepar.
d. Diagnosis
Anamnesis
ikterus pada riwayat onstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi.Termasuk anamnesis mengenai riwayat
inkompabilitas darah,riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya.Faktor
resiko antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi,obat yang diberikan pada
ibu selama hamil.
Secara
klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari kemudian.Pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek,kulit
tampak berwarna kuning terang sampai jingga,sedangkan pada penderita dengan
gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan.
Ikterus
psiologis,dalam keadaan normal kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat
adalah 1-3 mg /dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24
jam dengan demikian ikterus baru terliahat pada hari ke 2-3,biasanya mencapai
puncak antara hari ke 2-4,dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun
sampai kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah
dari 2 mg/dl diantara hari ke 5 sampai 7 kehidupan.
Makna
hiperbilirubinemia terletak pada insiden kernikaterus yang tinggi,berhubungan
dengan kadar bilirubin serum yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm.Pada
bayi BBLR akan memperlihatkan kernikterus pada kadar yang lebih rendah (10-15
mg/dl).
e. Diagnosis banding
Ikterus
yang timbul 24 jam pertama kehidupan mungkin akibat eritroblstosis
Foetalis,sepsis,Rubella atau toksoplasmosis congenital.Ikterus yang timbul
setelah hari ketiga dan dalam minggu pertama,harus dipikirkan kemungkinan
septicemia sebagai penyebabnya.Ikterus yang persisten selama bulan pertama
kehidupan member petunjuk adanya apa yang dinamakan “inpspisated bile
syndrome”.
f. Komplikasi
Kernikterus
adalah suatu syndrome neurologic yang timbul sebagai akibat penimbunan
terkonjugasi dalam sel-sel otak.
g. Terapi
Tujuan
utama penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar kadar
bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ancefalopati
biliaris,serta mengobati penyebab langsung ikterus tersebut.Pemberian substrat
yang dapat menghambat metabolism bilirubin (plasma atau albumin),mengurangi
sirkulasi enterohepatik,terapi sinar atau transfuse tukar merupakan tindakan
yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.
Fototerapi.Ikterus
klinis akan berkurang kalau bayi dipaparkan pada sinar dalam spectrum cahaya
yang mempunyai intensitas tinggi bilirubin.Akan menyerap cahaya secara maksimal
dalam batas wilayah warna biru (mulai dari 420-470 mm).
Fenobarbital.Meningkatkan
konjugasi dan ekskresi bilirubin.Pemberian obat akan mengurangi timbulnya
ikterus psiologi pada bayi neonatus,kalau diberikan pada ibu dengan dosis 90
mg/24 jam beberapa hari sebelum kelahiran atau bayi pada saat lahir dengan
dosis 5 mg/kgBb/24 jam.
Transfusi
tukar.Dilakukan untuk mempertahankan kadar bilirubin indirek dalam serum bayi
aterm kurang dari 20 mg/dl atau 15 mg/dl pada bayi kurang bulan.Transfusi tukar
mungkin merupakan metode yang paling efektif untuk mengkontrol terjadinya hiperbilirubinemia.
h. Prognosis
hiperbilirubemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar otak.
hiperbilirubemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar otak.
i.
Rencana
asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan
1. Pemberitahuan kepada
keluarga tentang kondisi bayi
2. Berikan obat oral yang
telah di instruksikan oleh dokter dengan prinsif 5B,benar obat,benar
dosis,benar pasien,benar cara pmberian,b enar waktu pemberian.
3. Jemur bayi tiap pagi
dibawah sinar matahari dengan menutup mata dan genital bayi memakai kertas
karbon yang dilapisi kain kasa.
4. Berikan ibu penjelasan
pentingnya pemberian minum secara adequat dan berikan ASI saja dan bantu ibu
saat member ASI.
5. Jika bayi dilakukan
fototerapi,posisi bayi selalu dirubah untuk mencegah sinar ultraviolet dapat
merata keseluruh tubuh.
6. Awasi efek samping dari
pemberian fototerapi yaitu BAB lebih sering dan encer cegah bayi jangan sampai
dehidrasi.
7.
Awasi
kemungkinan kulit bayi mengalami perubahan kulit yang berlebihan,laporkan
kepada dokter jika hal ini terjadi.
5. Perdarahan tali pusat
a. Konsep dasar
Perdarahan
tali pusat dapat disebabkan oleh trauma,ikatan tali pusat yang longgar,atau
kegagalan pembentukan thrombus yang normal.kemungkinan lain adalah penyakit
perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal maupun sistemik.Perdarahan tali
pusat dapat disebabkan oleh robekan umbilikus. Komplikasi persalinan ini masih
dijumpai sebagai akibat masih terjadinya partus presipitatus dan tarikan
berlebih pada lilitan atau pendeknya tali pusat pada partus normal.
Perdarahan
tali pusat mungkin terjadi karena kelalaian tersayatnya dinding umbilicus atau
plasenta sewaktu seksio sesarea. Robekan umbilicus disebabkan oleh
Hematoma,varises, pembuluh darah. Perdarahan akibat plasenta previa atau
abrupsio plasenta dapat membahayakan bayi. Abrubsio lebih sering mengakibatkan
kematian intrauterine karena anoksia daripada anemia pada BBL.
b. Penatalaksanaan
1. Pada perdarahan
umbilicus akibat ikatan yang longgar, dapat di kencangkan kembali pengikat tali
pusat. Perdarahan juga dapat disebabkan oleh repitan atau tarifan dari klem.
Jika perdarahan tidak berhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harhus
segera dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan tersebut.
2. Perdarahan umbilicus
akibat robekan umbilicus harus segera dijahit. Kemudian segera lakukan rujukan
untuk mengetahui apakah ada kelainan lain seperti kelainan anatomic pembuluh
darah sehingga dapat segera dilakukan tindakan oleh dokter atau rumah sakit.
3.
Perdarahan
pada abrubsio plasenta, plasenta previa dan kelainan lainnya,bidan harus segera
meerujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan tersebut
sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat dilakukan tindakan sesegera
mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar