Bersyukur selalu pada Tuhan
Mazmur 86:12-13:
Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya; sebab kasih setia-Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah.
Menurut pendeta Jesse Duplantis, gunakan pengalaman kemenangan masa lalu kita bersama Tuhan untuk menghadapi pertempuran kita hari ini dan masa depan.
Merayakan kemenangan masa lalu karena pimpinan Tuhan merupakan sikap ucapan syukur kita kepada Tuhan atas apa yang Tuhan telah buat dalam hidup kita. Jangan pernah melupakan perbuatan-perbuatan Tuhan kepada kita, jangan mengambil pujian bagi diri sendiri yang seharusnya ditujukan untuk Tuhan, jangan meninggikan, atau membanggakan diri sendiri atas hal-hal yang dibuat Tuhan, sehingga Tuhan tidak dimuliakan dalam kehidupan kita.
Daud adalah orang yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan. Ia tahu menempatkan dirinya dengan benar dihadapan Tuhan dan orang lain. Ia tidak mengambil pujian bagi dirinya ketika ia merayakan kemenangan-kemenangannya. Ia memberikan pujian itu hanya bagi Tuhan. Ketika ia mengalahkan Goliat, Daud tidak menganggap keberhasilan itu karena kehebatan dirinya, tetapi itu adalah perbuatan Tuhan, Tuhan yang berperang bagi dia, dan bukan dia yang berperang bagi Tuhan.
Daud begitu menghormati Tuhan sehingga ia takut menaruh tangannya pada orang yang telah diurapi Tuhan. Ketika Tuhan menyerahkan Saul, musuh yang mengejarnya siang dan malam, dalam genggamannya, Daud menolak membunuh Saul. Apapun kesalahan Saul, Daud merasa ia tidak berhak untuk menghukumnya.
Sikap Daud yang selalu menempatkan Tuhan dalam setiap hal dalam hidupnya membuat ia selalu dikasihi dan diberkati Tuhan, bahkan ketika ia jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba, istri Uria.
Daud hanya manusia biasa, tidak setiap kali ia mampu mempertahankan sikap benar dihadapan Tuhan. Namun ia memiliki sikap hidup yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan, sehingga apapun kelemahan ida, apapun kesalahan dia, Tuhan bersedia mengampuninya.
Kita bisa membaca pengakuan Daud sesudah jatuh dalam dosa pada Mazmur 51 dan bagaimana Tuhan bersedia mengampuni Daud dalam 2 Samuel 12:13: Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
Dalam kejatuhan sekalipun, Daud masih mempertahankan sikap bersyukur kepada Tuhan. Ia mengingat-ingat perbuatan Tuhan yang besar dalam pengalaman hidupnya. Daud mengakui bahwa semua yang dicapainya adalah karena pemberian Tuhan semata-mata.
Apa yang kita pelajari dari pengalaman hidup Daud?
Pertama, hidup kita ada dalam tangan Tuhan. Sebagai orang percaya, Tuhan adalah pusat dari kehidupan kita. Tuhan adalah pusat dari ucapan syukur kita.Hidup kita adalah hidup yang bersandar kepada Tuhan dan memuliakan Tuhan. Hidup kita adalah hidup yang selalu bersyukur atas semua perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup kita.
Kedua, untuk selalu dapat bersyukur kita harus memohon, mengundang Tuhan menjadi bagian dari hidup kita, mengundang Tuhan memimpin pergumulan hidup kita. Daud bersaksi bahwa pertarungan dengan Goliat bukan pertarungan dia pribadi dengan Goliat, tetapi pertarungan Tuhan melawan Goliat bersama dengan semua dewa-dewa Goliat.
Ketiga, ketika kita mencapai kemenangan, jangan merampok kemuliaan Tuhan. Jangan sekali-kali merampok pujian-pujian yang seharusnya ditujukan kepada Tuhan bagi diri kita sendiri. Kalau Tuhan yang membuat kita menang, membuat kita berhasil, maka sudah semestinya kita memberikan pujian itu bagi Tuhan, dan kita mundur ke belakang agar Tuhan yang dimuliakan.
Keempat, ketika kita mencapai kemenangan dan keberhasilan, jadikan kejadian itu sebagai monumen, tugu peringatan bagi kita, tonggak iman untuk menunjang pertempuran di masa depan. Membangun tonggak-tonggak iman merupakan bagian dari membangun dan memperkokoh iman kita untuk menghadapi pertempuran iman yang lebih besar di masa depan. Iman kita bukanlah iman yang mandeg, bukan iman yang berhenti, tetapi iman yang berkembang, iman yang bertumbuh dari waktu ke waktu. Umat Israel selalu membangun tugu-tugu peringatan perjumpaan mereka dengan Tuhan agar mereka selalu teringat akan campur tangan Tuhan dalam hidup mereka. Kitapun harus selalu membangun tonggak-tonggak, tugu-tugu peringatan untuk mengingat-ingat campur tangan Tuhan dalam pergumulan hidup kita.
Tonggak-tonggak, tugu peringatan bukan hanya penting bagi kita, tetapi juga bagi anak-anak kita, bagi keturunan-keturunan kita untuk melihat dan meniru teladan kita dan mau menyandarkan hidup mereka kepada Tuhan. Tuhan menolong anda.
Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya; sebab kasih setia-Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah.
Menurut pendeta Jesse Duplantis, gunakan pengalaman kemenangan masa lalu kita bersama Tuhan untuk menghadapi pertempuran kita hari ini dan masa depan.
Merayakan kemenangan masa lalu karena pimpinan Tuhan merupakan sikap ucapan syukur kita kepada Tuhan atas apa yang Tuhan telah buat dalam hidup kita. Jangan pernah melupakan perbuatan-perbuatan Tuhan kepada kita, jangan mengambil pujian bagi diri sendiri yang seharusnya ditujukan untuk Tuhan, jangan meninggikan, atau membanggakan diri sendiri atas hal-hal yang dibuat Tuhan, sehingga Tuhan tidak dimuliakan dalam kehidupan kita.
Daud adalah orang yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan. Ia tahu menempatkan dirinya dengan benar dihadapan Tuhan dan orang lain. Ia tidak mengambil pujian bagi dirinya ketika ia merayakan kemenangan-kemenangannya. Ia memberikan pujian itu hanya bagi Tuhan. Ketika ia mengalahkan Goliat, Daud tidak menganggap keberhasilan itu karena kehebatan dirinya, tetapi itu adalah perbuatan Tuhan, Tuhan yang berperang bagi dia, dan bukan dia yang berperang bagi Tuhan.
Daud begitu menghormati Tuhan sehingga ia takut menaruh tangannya pada orang yang telah diurapi Tuhan. Ketika Tuhan menyerahkan Saul, musuh yang mengejarnya siang dan malam, dalam genggamannya, Daud menolak membunuh Saul. Apapun kesalahan Saul, Daud merasa ia tidak berhak untuk menghukumnya.
Sikap Daud yang selalu menempatkan Tuhan dalam setiap hal dalam hidupnya membuat ia selalu dikasihi dan diberkati Tuhan, bahkan ketika ia jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba, istri Uria.
Daud hanya manusia biasa, tidak setiap kali ia mampu mempertahankan sikap benar dihadapan Tuhan. Namun ia memiliki sikap hidup yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan, sehingga apapun kelemahan ida, apapun kesalahan dia, Tuhan bersedia mengampuninya.
Kita bisa membaca pengakuan Daud sesudah jatuh dalam dosa pada Mazmur 51 dan bagaimana Tuhan bersedia mengampuni Daud dalam 2 Samuel 12:13: Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
Dalam kejatuhan sekalipun, Daud masih mempertahankan sikap bersyukur kepada Tuhan. Ia mengingat-ingat perbuatan Tuhan yang besar dalam pengalaman hidupnya. Daud mengakui bahwa semua yang dicapainya adalah karena pemberian Tuhan semata-mata.
Apa yang kita pelajari dari pengalaman hidup Daud?
Pertama, hidup kita ada dalam tangan Tuhan. Sebagai orang percaya, Tuhan adalah pusat dari kehidupan kita. Tuhan adalah pusat dari ucapan syukur kita.Hidup kita adalah hidup yang bersandar kepada Tuhan dan memuliakan Tuhan. Hidup kita adalah hidup yang selalu bersyukur atas semua perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup kita.
Kedua, untuk selalu dapat bersyukur kita harus memohon, mengundang Tuhan menjadi bagian dari hidup kita, mengundang Tuhan memimpin pergumulan hidup kita. Daud bersaksi bahwa pertarungan dengan Goliat bukan pertarungan dia pribadi dengan Goliat, tetapi pertarungan Tuhan melawan Goliat bersama dengan semua dewa-dewa Goliat.
Ketiga, ketika kita mencapai kemenangan, jangan merampok kemuliaan Tuhan. Jangan sekali-kali merampok pujian-pujian yang seharusnya ditujukan kepada Tuhan bagi diri kita sendiri. Kalau Tuhan yang membuat kita menang, membuat kita berhasil, maka sudah semestinya kita memberikan pujian itu bagi Tuhan, dan kita mundur ke belakang agar Tuhan yang dimuliakan.
Keempat, ketika kita mencapai kemenangan dan keberhasilan, jadikan kejadian itu sebagai monumen, tugu peringatan bagi kita, tonggak iman untuk menunjang pertempuran di masa depan. Membangun tonggak-tonggak iman merupakan bagian dari membangun dan memperkokoh iman kita untuk menghadapi pertempuran iman yang lebih besar di masa depan. Iman kita bukanlah iman yang mandeg, bukan iman yang berhenti, tetapi iman yang berkembang, iman yang bertumbuh dari waktu ke waktu. Umat Israel selalu membangun tugu-tugu peringatan perjumpaan mereka dengan Tuhan agar mereka selalu teringat akan campur tangan Tuhan dalam hidup mereka. Kitapun harus selalu membangun tonggak-tonggak, tugu-tugu peringatan untuk mengingat-ingat campur tangan Tuhan dalam pergumulan hidup kita.
Tonggak-tonggak, tugu peringatan bukan hanya penting bagi kita, tetapi juga bagi anak-anak kita, bagi keturunan-keturunan kita untuk melihat dan meniru teladan kita dan mau menyandarkan hidup mereka kepada Tuhan. Tuhan menolong anda.
Carry JangEL Damanik